Thursday, 19 February 2015

KILAS PERGAMANAS 2015

KILAS BALIK
PERGAMANAS 1 CIREBON, JAWA BARAT 2015

      Kempek, 08 Januari 2015 berlangsung pembukaan Perkemahan Regu Penggalang Ma’arif Nu Nasional dengan tema “Sako Ma’arif Bersatu, Berkarya, Membangun Karakter”. Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Agama, Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Sosial, Menteri Pendidikan Tinggi Riset Dan Teknologi, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Wakil Gubernur Jawa Barat, Bupati Cirebon serta undangan lainnya. Sebagaimana yang disampaikan oleh K.H. Arifin Junaedi selaku ketua panitia penyelenggara Perkemahan Regu Penggalang Ma’arif NU Nasional (Pergamanas 1) Tahun 2015 diikuti 3.980 regu dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan terus bertambah karena pendaftaran masih dibuka serta ada beberapa kontingen yang masih dalam perjalanan menuju lokasi perkemahan di Pondok Pesantren KHAS Kempek Kabupaten Cirebon.
      Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Jawa Barat  H. Dedi Mizwar menyampaikan bahwa
mempersiapkan generasi masa depan merupakan upaya yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan. Membangun generasi masa depan tidak hanya difokuskan pada aspek wawasan dan pengetahuan namun hal yang lebih penting adalah membangun karakter sebagai generasi muda harapan masa depan.
        Ketua PBNU Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj, M.Ag, mengatakan arti dari acara atau aktivitas ini adalah  kita bangun semangat nasionalis bangsa berkarakter yang mengenal dirinya dengan baik yang mandiri mampu negosiasi mampu berdebat dengan siapapun yang semuanya itu untuk menjaga keutuhan Negara Republik Indonesia. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh K.H. Hasyim Ash’ari pendiri Nahdlatul Ulama (NU) bahwa semangat Islam tidak boleh dipertentangkan dengan semangat kebangsaan bahkan semuanyan itu harus saling memperkuat, beliau juga berpesan bahwa semangat Islam dan semangat nasionalis harus dua-duanya disinergikan, Islam tanpa nasionalis belum tentu mempersatukan umat.

      Sebagai contoh Negara Afganistan yang penduduknya 100% islam tidak pernah bersatu bahkan perang saudara berkelanjutan karena tidak mempunyai semangat komitmen nasionalis untuk menjaga dan mempersatukan negaranya, demikian dengan Somal di Afrika Timur 100% penduduknya Islam perang bertahun-tahun, lalu sama halnya dengan Iraq, Syiria dan Libya tidak mempunyai semangat nasionalis untuk komitmen menjaga keutuhan negaranya.

MANDARIN WIRAUSAHA


WIRAUSAHA PRAMUKA MANDARIN DALAM
OSBA IV SE-JAWA TIMUR TAHUN 2015

            OSBA atau Olimpiade Sains, Bahasa, dan Agama ke IV se Jawa Timur yang diselenggarakan oleh MAN Denanyar Jombang. Tanggal 08 Februari 2015 dengan total peserta 600 orang memenuhi olimpiade tersebut. Dengan perebutan juara 1, 2, 3, serta juara harapan 1, 2 dari masing-masing peserta MTs/ SMP sederajat se-Jawa Timur.
            Selain itu peserta juga disuguhkan dengan penampilan ekstra MAN Denanyar Jombang. Khususnya ekstrakurikuler Gerakan Pramuka MANDARIN ini. Dengan judul Semaphore Dance Versus duel Fighter ini sorakan dan tepukan meriah menyambung ditengah-tengah podium. Gerakan Pramuka MANDARIN juga menyuguhkan “Café Mandarin”, dimana menjual makanan, minuman. Selain menu itu, kenang-kenangan/ aksesoris OSBA seperti PIN, Gantungan Kunci(Ganci) juga dijual dalam Café Mandarin ini.


            Gerakan Pramuka Mandarin tidak hanya bisa berkiprah di dunia teknik kepramukaan saja. Namun juga bergerak di bidang wirausaha. Modal  Café ini semua berasal dari tanam saham anggota gerakan pramuka. Selain tanam saham anggota pramuka para alumni Mandarin juga bersodaqoh untuk modal Café tersebut. Dan hasil yang diperoleh juga cukup meraih keuntungan.


(Scouj of Mandarin)



ANAK PRAMUKA KEMBAR



ANAK PRAMUKA KEMBAR
TAPI BEDA ORANGTUA
         
 

Dinda Karunia Restu bersekolah di SMKN 1 Jombang kelas XI jurusan MM (15th) dan Ayu Azizah dari MAN Denanyar XI jurusan IPS 3 (16th). Kedua anak pramuka ini kenal dari kegiatan Latihan bersama yang biasa disebut SANGLAGA (Sangga Latihan Gabungan). Mereka ini sering dianggap anak kembar oleh teman-teman Sanglaganya, maka dari itu kekeliruan dalam kegiatan terjadi dalam kegiatan lapangan. Dikarenakan Ayu Azizah sebagai Bendahara 2 Sanglaga. Kak Ahmad Ainul Yaqin sebagai ketua Sanglaga pun juga sering lupa memanggil, walaupun kak Ainul juga dari MAN Denanyar.

            Dinda yang bertempat tinggal di desa Sumberwinong ini aktif dalam kegiatan pramuka, begitupun dengan Azizah yang aktif di gugus depan MAN Denanyar Jombang. Kedua anak tersebut sangat kompak saat kegiatan lapangan. Terutama omelan dan juga sentakan yang membuat orang jadi diam seribu bahasa. Dan tak lupa sesekali bisa membuat orang tertawa lugu.
            TKU Bantara yang mereka pakai juga tak pernah tertinggal ketika memakai seragam kebanggannya, yaitu seragam pramuka. Ingin lebih dekat lagi dengan mereka ini, cukup dating saja ketika kegiatan Sanglaga tiba nanti. Sanglaga diadakan 3 bulan sekali yang bertempat di pangkalan sekolah yang mampu dan siap untuk bergiat.














 
Kiri: Azizah ; Kanan : Dinda



Wednesday, 18 February 2015

PIONEERING MANDARIN



PIONEERING MANDARIN

Pioneering menurut istilah adalah bangunan darurat. Banyak bentuk pioneering yang telah dibuat. seperti menara kaki tiga, jembatan, alat transportasi, hingga bangunan. tetapi pada era 21 ini semakin berkembangnya pioneering bentuk-bentuk yang sangat berbeda dengan yang duhulu.

 Salah satu nya bentuk naga, garuda, kalajengking, dan masih banyak lagi. Pramuka Mandarin mempersembahkan bentuk-bentuk yang pernah dibuat nya.





Bisa kita tengok dibawah ini :

Pioneering Robot

Pioneering Tunas

Pioneering Kuda

Pioneering Garuda Mandarin

 Pioneering Gundam Mandarin

ACR 

SEJARAH KABUPATEN JOMBANG


SEJARAH KABUPATEN JOMBANG

        JOMBANG termasuk kabupaten yang masih muda usia. Setelah memisahkan diri dari Kabupaten Mojokerto yang berada di bawah pemerintahan Bupati Raden Adipati Ario Kromodjojo, yang ditandai dengan tampilnya pejabat yang pertama mulai tahun 1910 sampai dengan tahun 1930, yaitu Raden Adipati Ario Soerjo Adiningrat. Sebelumnya, Kabupaten Jombang merupakan salah satu wilayah Kabupaten Mojokerto, tau lebih jauh lagi juga merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit.

      Menurut sejarah lama, konon dalam cerita rakyat mengatakan bahwa salah satu desa yaitu Desa Tunggorono, merupakan gapura keraton Majapahit bagian barat, sedang letak gapura sebelah selatan di Desa Ngrimbi, dimana sampai sekarang masih berdiri candinya. Cerita rakyat ini dikuatkan dengan banyaknya nama-nama desa dengan awalan "Mojo" (Mojoagung, Mojotrisno, Mojolegi, Mojowangi, Mojowarno, Mojojejer, Mojodanu dan masih banyak lagi). Salah satu peninggalan sejarah di Kabupaten Jombang, Candi Ngrimbi, Desa Pulosari Bareng.

     Bahkan di dalam lambang daerah Jombang sendiri dilukiskan sebuah gerbang, yang dimaksudkan sebagai gerbang Mojopahit dimana Jombang termasuk wewenangnya. Suatu catatan yang pernah diungkapkan dalam majalah Intisari bulan Mei 1975 halaman 72, dituliskan laporan Bupati Mojokerto Raden Adipati Ario Kromodjojo kepada residen Jombang tanggal 25 Januari 1898 tentang keadaan Trowulan (salah satu onderdistrict afdeeling Jombang) pada tahun 1880.

     Sehingga kegiatan pemerintahan di Jombang sebenarnya bukan dimulai sejak berdirinya (tersendiri) Kabupaten Jombang kira-kira 1910, melainkan sebelum tahun 1880 dimana Trowulan pada saat itu sudah menjadi onderdistrict afdeeling Jombang, walaupun saat itu masih terjalin menjadi satu kabupaten dengan Mojokerto.

     Fakta yang lebih menguatkan bahwa sistem pemerintahan Kabupaten Jombang telah terkelola dengan baik adalah saat itu telah ditempatkan seorang Asisten Resident dari Pemerintahan Belanda yang kemungkinan wilayah Kabupaten Mojokerto dan Jombang suatu saat menjadi bagian yang terpisahkan.

     Lebih-lebih bila ditinjau dari berdirinya Gereja Kristen Mojowarno sekitar tahun 1893 yang bersamaan dengan berdirinya Masjid Agung di Kota Jombang, juga tempat peribadatan Tridharma bagi pemeluk Agama Kong Hu Chu di Kecamatan Gudo sekitar tahun 1700.

     Konon disebutkan dalam cerita rakyat tentang hubungan Bupati Jombang dengan Bupati Sedayu dalam soal ilmu yang berkaitan dengan pembuatan Masjid Agung di Kota Jombang dan berbagai hal lain, semuanya merupakan petunjuk yang mendasari eksistensi awal-awal suatu tata pemerintahan di Kabupaten Jombang.


ICON KABUPATEN JOMBANG


ACR